RANCANGAN PENELITIAN
Ketika kita akan melakukan penelitian, terlebih dahulu kita sebagai peneliti harus mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian. Mulai dari membuat perencanaan, merencanakan kerja sama dan memahami macam-macam etika penelitian.
Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat rancangan penelitian. Rancangan atau desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas. Oleh sebab itu dengan adanya rancangan penelitian, seorang peneliti bisa mengetahui apa yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
A.
Syarat
Penelitian
Sebelum kita
memasuki tahapan rancangan penelitian ada baiknya kita mengetahui apa saja
persyaratan penelitian itu. Setidaknya ada tiga persyaratan penting yang harus
kita ketahui dalam mengadakan kegiatan penelitian yaitu: sistematis, berencana,
dan mengikuti konsep ilmiah.
Sistematis |
: |
Artinya
dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang paling sederhana sampai yang
kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien. |
Berencana |
: |
Artinya
dilaksanakan dengan adanya unsur dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya. |
Mengikuti
konsep ilmiah |
: |
Artinya
mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah
ditentukan, yaitu prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. |
Apabila diterapkan dalam kegiatan
penelitian maka urutan urutannya adalah sebagai berikut:
1.
Penelitian
dihadapkan pada suatu kebutuhan atau tantangan. Ingat, John Dewey dalam
reflektive thinking menyebutkan the felt need.
2.
Merumuskan
masalah, sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan dan
alternatif cara untuk pemecahan masalah.
3.
Menetapkan
hipotesis sebagai titik tolak mengadakan tindakan menentukan alternatif
pemecahan yang dipilih.
4.
Mengumpulkan
data untuk menguji hipotesis (collection of data as evidence).
5.
Mengambil
kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data dan dikembalikan kepada hipotesis
yang sudah dirumuskan.
6. Menentukan kemungkinan untuk mengadakan generalisasi dari kesimpulan tersebut serta implikasinya di masa yang akan datang. Menurut prof. Drs. Sutrisno Hadi, M. A., Ini disebut refleks dan bertujuan untuk menilai pemecahan-pemecahan baru dari segi kebutuhan kebutuhan masa mendatang.[1]
B.
Tahapan-
Tahapan Penelitian
Setelah dibicarakan tentang
persyaratan penelitian, maka berikut ini akan disampaikan prosedur atau
tahap-tahapan penelitian. Adapun tahap-tahapan penelitian yaitu:
1.
Pembuatan Rancangan Penelitian.
Rancangan penelitian dalam arti sempit adalah sebagai
proses pengumpulan dan analisa data penelitian. Sedangkan dalam arti luas
rancangan meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
Rancangan
penelitian itu juga dapat
berupa skema menyeluruh, atau
dalam bentuk rencana
program penelitian. Rancangan
penelitian disusun dengan mempertimbangkan pada jenis masalah yang dikaji dalam
penelitian, pengalaman pribadi peneliti, dan target atau sasaran dari pembacanya.
Menurut Herlinger (dalam Sutopo, 2006:156) rancangan
penelitian merupakan rencana, struktur, dan strategi penelitian yang
diharapkan dapat menjawab
pertanyaan penelitian.[2] Rancangan
penelitian dimulai dengan:
A.
Memilih Masalah
Memilih
masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian.
Bagi orang yang belum berpengalaman meneliti, menentukan atau memilih masalah
bukanlah pekerjaan yang mudah, bahkan boleh dikatakan sulit. Dari mana masalah
diperoleh? Yang jelas, masalah mesti merupakan bagian dari kebutuhan seseorang
untuk dipecahkan. Orang ingin mengadakan penelitian, karena ia ingin
mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi. Masalah penelitian dapat
berasal dari berbagai sumber, yaitu dari pengalaman kehidupan sehari-hari, dari
hasil membaca dan menelaah buku, dan dapat juga masalah diberi oleh orang lain.
Akan tetapi yang paling baik apabila datang dari dirinya sendiri karena
didorong oleh kebutuhan memperoleh jawabannya. Dengan demikian maka penelitian
akan berjalan sebaik-baiknya karena peneliti menghayati dan mendalami
masalahnya.[3]
Hasil
penelitian merupakan perkayaan dari pengetahuan. Oleh karena meneliti itu
memerlukan biaya, tenaga, waktu, ketekunan, dan keseriusan dari peneliti, maka
sebuah topik atau judul penelitian harus dipilih secara hati-hati hingga
memenuhi persyaratan, yaitu sebagai berikut.
1)
Penelitian Harus Sesuai Dengan
Minat Peneliti
Meneliti
bukannya pekerjaan mudah. Kegiatan ini harus betul-betul apabila permasalahan
atau judulnya tidak sesuai dengan minat, maka peneliti tidak akan bergairah
untuk melaksanakannya. Jika tidak, dapat diduga bahwa hasilnya tidak akan baik,
bahkan boleh jadi terhenti karenanya. Sebaliknya apabila peneliti memang
berminat, akan melakukannya dengan tekun dan tidak mudah putus asa apabila
menjumpai kesulitan.
Faktor minat
ini kelihatannya tidak normal dan bersifat subjektif. Namun demikian biasanya
faktor ini berkaitan erat dengan hal yang bersifat formal, yaitu keahlian. Bagi
peneliti yang bukan mahasiswa atau peneliti pemula, selain minat secara etis
dipersyaratkan bahwa masalah yang harus sesuai dengan bidang keahliannya. Di
samping hasilnya akan lebih baik, manfaat lain adalah pertanggungjawaban
ilmiah.
2)
Penelitian Dapat Dilaksanakan
Ada 4 hal sebagai pertimbangan peneliti dapat
dilaksanakan atau tidak, ditinjau dari diri peneliti, yaitu berikut ini.
a.
Peneliti
mempunyai kemampuan untuk meneliti masalah itu, artinya menguasai teori yang
melatarbelakangi masalah dan menguasai metode untuk memecahkannya.
b.
Peneliti
mempunyai waktu yang cukup sehingga tidak
melakukannya asal selesai.
c.
Peneliti
mempunyai tenaga untuk melaksanakan, dalam arti cukup kuat fisiknya untuk
merencanakan, menyusun alat pengumpul data, mengumpulkan data, dan menyusun
laporannya.
d.
Peneliti
mempunyai dana secukupnya untuk biaya tranportasi, alat
tulis-menulis, biaya fotokopi, dan lain-lain.
3)
Tersedia Faktor Pendukung
Yang
dimaksud sebagai faktor pendukung yang bersumber dari luar peneliti antara lain
sebagai berikut.
a.
Tersedia
data sehingga pertanyaan penelitian dapat dijawab. Sebagai misal, peneliti lain
mengetahui bagaimanakah rasanya hidup di dalam tanah, sedangkan untuk
mencobanya seolah -olah tidak mungkin.
b.
Ada izin
dari yang berwenang. Banyak hal yang menarik untuk diteliti tetapi peneliti
dibatasi oleh peraturan-peraturan, mungkin menyangkut masalah politik,
keamanan, ketertiban umum, dan sebagainya.
4)
Hasil Penelitian Bermanfaat
Meneliti
adalah pekerjaan yang tidak mudah, yang mem-butuhkan tenaga, waktu, dan biaya.
Untuk apa kegiatan tersebut dilakukan jika tidak menghasilkan sesuatu yang
tidak bermanfaat. Kita meneliti bukan karena agar lebih mahir meneliti, tetapi
karena ingin menyumbangkan hasilnya untuk kemajuan ilmu pengetahuan,
meningkatkan efektivitas kerja atau mengembangkan sesuatu. Oleh
karena itu setiap peneliti, baik mahasiswa penyusun skripsi ataupun peneliti
lain sudah harus siap dengan jawaban andai kata orang mengajukan pertanyaan,
"Apakah manfaat penelitian Anda?"
Seorang ahli
penelitian, yaitu Prof. Dr. Suhardjono dari Universitas UNIBRAW memberikan
petunjuk kepada peneliti mengenai persyaratan penelitian yang baik dengan
menggunakan istilah yang mudah diingat, yaitu APIK, singkatan dari Asli,
Penting, Ilmiah, dan Konsisten.
a.
Asli, artinya bukan jiplakan dari atau
mengganti-ganti pene-litian orang lain,
sehingga kelihatan bukan buatan sendiri. Penelitian yang baik apabila berbeda
dari penelitian yang sudah pernah diteliti oleh orang lain.
b.
Penting, artinya bahwa hasil penelitian
itu bermanfaat dan dipandang penting bagi peningkatan mutu pendidikan,
khususnya bagi tugas yang sedang
dilaksanakan.
c.
Ilmiah, artinya menggunakan proses yang
dibenarkan oleh teori penelitian, yaitu mengikuti sistematika penelitian yang
lazim berlaku. Penelitian tindakan dikatakan ilmiah apabila terdiri dari:
Ø Pendahuluan - latar belakang
masalah, ada bukti berupa fakta empirik yang dialami oleh peneliti sendiri atau
pengamatan orang lain, ada tujuan yang dirumuskan dengan jelas apa target yang
akan dicapai melalui tindakan itu. Tujuan penelitian tindakan adalah ingin
mengetahui dampak dari tindakan terhadap masalah yang akan diatasi.
Ø Rumusan masalah yang jelas
menunjukkan pertanyaan sesuai dengan tujuan penelitian.
Ø Kajian pustaka, yaitu bagian yang
berisi teori-teori yang mendukungnya. Kajian pustaka, yang biasa juga disebut
dengan istilah telaah pustaka atau landasan teori, atau apa pun sebutannya,
merupakan bagian yang amat penting dalam sebuah karya ilmiah. Penelitian adalah
upaya untuk mengkaji gejala untuk membuahkan hasil yang diharapkan dapat
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, penelitian harus
berpijak pada ilmu ilmu yang akan diperkaya. Semakin banyak teori relevan yang
digunakan sebagai dasar berpijak, semakin mantaplah penelitian itu dilakukan.
d. Konsisten, artinya ada keruntutan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Ketika peneliti sudah selesai menyusun laporan, sebaiknya langsung mencermati kembali, apakah butir-butir pada kesimpulan sudah runtut dengan rumusan dan tujuan penelitian atau belum. Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah dan memenuhi harapan yang tertera dalam tujuan. Keempat bagian ini harus menunjukkan adanya sambungan yang harmonis, runtut, dan benar. Apabila belum runtut, peneliti harus meninjau kembali pada data yang terkumpul dan pada proses analisisnya.[4]
B.
Studi Pendahuluan
Walaupun
sudah diperoleh suatu masalah untuk diteliti, sebelum mengadakan penelitian
yang sesungguhnya, peneliti mengadakan suatu studi pendahuluan, yaitu menjajagi
kemungkinan di teruskan atau tidak pekerjaan menelitian tersebut. Prof. Dr.
Winarno Surachmad menyebutnya sebagai studi eksploratori. Studi pendahuluan
juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar
masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya. Adapun cara Mengadakan studi pendahuluan
yaitu:
1.
Dengan
membaca literatur, baik teori maupun penemuan (hasil penelitian terdahulu).
2.
Mendatangi
ahli-ahli atau manusia sumber untuk berkonsultasi dan memperoleh informasi.
3. Mengadakan peninjauan ke tempat atau lokasi penelitian untuk melihat benda atau peristiwa.
C.
Merumuskan Masalah
Apabila
telah diperoleh informasi yang cukup dari studi pendahuluan atau studi
eksploratoris, maka masalah yang akan diteliti menjadi jelas. Agar penelitian
dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya
sehingga jelas darimana harus mulai, kemana harus pergi dan dengan apa.
Sebelum
seorang peneliti memulai kegiatannya meneliti, harus memulai membuat rancangan
terlebih dahulu. Rancangan tersebut diberi nama desain penelitian. Ada yang
menyebutnya dengan istilah proposal penelitian atau usulan penelitian.
Sebenarnya desain dan proporsal tidaklah sama. Desain (design) penelitian
adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar-ancar
kegiatan, yang akan dilaksanakan. Di dalam desain penelitian sekurang-kurangnya
termuat: Judul penelitian, penegasan masalah, alasan mengadakan penelitian,
tujuan meneliti, kegunaan hasil penelitian, landasan teori, penelaahan
kepustakaan, metodologi (meliputi teknik sampling, metode pengumpulan data, dan
metode analisis data), langkah-langkah jadwal kerja, dan pembiayaan. Sedangkan,
proposal atau usul penelitian dibuat oleh peneliti apabila ia membutuhkan
bantuan dana. Agar pihak yang akan memberi bantuan memahami betul apa yang akan
dilakukan peneliti dan berapa besar manfaat hasil penelitian yang diharapkan,
maka harus membuat proposal atau usulan secara lengkap. Di samping desain, dicantumkan
pula perincian rencana kebutuhan dan penggunaan dana. Oleh karena pada umumnya
penelitian itu disponsori oleh pihak yang memberi bantuan dana, maka setiap
akan meneliti, membuat proposal terlebih dahulu. Itulah sebabnya maka
pengertian desain dan proposal kemudian dikacaukan atau cenderung disamakan.
Bagian
rancangan penelitian yang dibuat oleh mahasiswa dalam rangka menulis skripsi
atau tesis, perlu dilengkapi dengan beberapa penjelasan, agar permasalahan yang
dirumuskan dapat dipahami oleh orang lain.
Dalam
memberikan penjelasan ini calon peneliti berpikir seolah olah tugas
penelitiannya dapat diteruskan oleh orang lain, sehingga segala sesuatunya
harus dituliskan secara lengkap.
Adapun
penjelasan tentang permasalahan yang akan diteliti ini meliputi:
1.
Penegasan Judul
Sehubungan
dengan kurang lengkapnya rumusan judul penelitian maka mahasiswa melengkapinya
dengan penegasan judul. Dengan demikian, menjadi jelas apa yang akan diteliti,
dari mana data diperoleh, bagaimana mengumpulkan data, bagaimana mengana-lisis
data dan sebagainya. Kadang-kadang penegasan judul ini dikemukakan sebagai
pembatasan masalah.
2.
Alasan Pemilihan Judul
Di dalam
bagian ini diharapkan peneliti menuliskan sebab-sebab ia memilih judul atas
permasalahan tersebut. Alasan-alasan yang dapat dikemukakan antara lain:
a.
Pentingnya
masalah tersebut diteliti karena akan membawa pelaksanaan kerja yang lebih
efektif misalnya, atau akan dicari pemecahannya karena berbahaya apabila tidak.
Jadi, pentingnya diadakan penelitian.
b.
Menarik
minat peneliti karena dari pengalamannya peneliti mendapatkan gambaran bahwa
hal itu sangat menarik.
c.
Sepanjang
pengetahuan peneliti belum ada orang yang meneliti masalah tersebut.
Kemudian alasan
pemilihan judul yang paling tepat adalah adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan
dengan apa yang terjadi.
3.
Problematik
Problematik
penelitian adalah bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian. Langkahnya
disebut perumusan masalah atau perumu-san problematik. Di dalam langkah ini
peneliti mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan
dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian.
Dengan singkat dikemukakan di
sini bahwa problematik adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, yang
jawabannya akan diperoleh setelah penelitian selesai dilaksanakan yaitu pada kesimpulan.
4.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang
diperoleh setelah penelitian selesai.
Sebenarnya
apabila ditilik dari isinya sesuatu yang ingin dicapai, yang merupakan tujuan
penelitian, adalah sama dengan jawaban yang dikehendaki dalam problematik
penelitian. Yang berbeda adalah rumusannya.
5.
Kegunaan Hasil Penelitian
Sebenarnya
penjelasan tentang kegunaan hasil penelitian ini tidak mutlak harus ada.
Rumusan tentang kegunaan hasil penelitian adalah kelanjutan dari tujuan
penelitian. Apabila peneliti telah selesai mengadakan penelitian dan memperoleh
hasil, ia diharapkan dapat menyumbangkan hasil itu kepada negara, atau
khususnya kepada bidang yang sedang diteliti.
Pembicaraan
tentang kegunaan hasil penelitian ini menjadi penting setelah beberapa peneliti
tidak dapat mengadakan sebenarnya hasil apa yang diharapkan, dan sejauh mana
sumbangannya terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Penjelasan seperti ini, selain
dicantumkan dalam rancangan penelitian juga dituliskan pada permulaan laporan
penelitian, yaitu pada bab pendahuluan[5]
D.
Merumuskan Anggapan Dasar
Anggapan
dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan
berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di
dalam melaksanakan penelitiannya. Misalkan kita akan mengadakan tentang
prestasi belajar siswa, kita mempunyai anggapan dasar bahwa prestasi belajar
siswa adalah berbeda-beda, tidak seragam. Jika prestasi belajar ini seragam,
maka bukanlah merupakan variabel yang perlu diteliti.
Anggapan
dasar ini merupakan landasan teori di dalam pelaporan hasil penelitian nanti.
Adapun faedahnya yaitu:
1. Untuk memperkuat
permasalahan
2. Membantu peneliti dalam
memperjelaskan menetapkan objek penelitian, wilayah pengambilan data,
instrument pengumpulan data.
Untuk dapat merumuskan anggapan
dasar, peneliti harus banyak membaca buku, mendengarkan informasi dari berbagai
sumber dan banyak berkunjung ke tempat. [6]
E.
Merumuskan Hipotesis
Jika
anggapan dasar merupakan dasar pemikiran yang memung-kinkan kita mengadakan
penelitian tentang permasalahan kita, maka hipotesis merupakan kebenaran
sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan, dites,
atau diuji kebenarannya. Secara singkat
makna hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Selanjutnya
peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis ini. Peneliti mengumpulkan
data-data yang paling berguna untuk mem-buktikan hipotesis. Berdasarkan data
yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat
naik status menjadi tesa, atau sebaliknya, tumbang sebagai hipotesis, apabila
ternyata tidak terbukti.
Hal yang
sangat perlu diperhatikan oleh peneliti adalah bahwa ia tidak boleh mempunyai
keinginan kuat agar hipotesisnya terbukti dengan cara mengumpulkan data yang
hanya bisa membantu memenuhi keinginannya, atau memanipulasi data sedemikian
rupa sehingga mengarah keterbuktian hipotesis. Penelitian harus bersikap
objektif terhadap data yang terkumpul.
Terhadap
hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti dapat bersikap 2 hal:
1.
Menerima
keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir
penelitian).
2.
Mengganti
hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak
mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
Apabila peneliti mengambil hak kedua, maka di dalam laporan
penelitian harus dituliskan proses penggantian ini. Dengan demikian, peneliti
telah bertindak jujur dan tegas, sesuatu yang memang sangat diharapkan dari
seorang peneliti.
G.E.R. Brurrough mengatakan bahwa
penelitian berhipotesis (penelitian hipotesis) penting dilakukan bagi
1.
Penelitian
menghitung banyaknya sesuatu (magnitude),
2.
Penelitian
tentang perbedaan (differencies).
3. Penelitian hubungan (relationship).
Pada umumnya hipotesis dirumuskan
untuk menggambarkan hubungan dua variabel akibat. Namun demikian, ada hipotesis
yang menggambarkan perbandingan satu variabel dari dua sampel, misalnya
membandingkan perasaan takut antara penduduk tepi pantai dan penduduk
pegunungan terhadap gelombang laut.
Hipotesis
merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukan-nya dalam penelitian. Oleh
karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan
hipotesis ini dengan jelas. Seorang ahli bernama Borg yang dibantu oleh
temannya Gall (1979:61) mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis sebagai
berikut:
1.
Hipotesis
harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
2.
Hipotesis
harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel.
3.
Hipotesis
harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil
penelitian yang relevan.
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:
1.
Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis
alternatif, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara
variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
2.
Hipotesis nol (null hypotheses)
disingkat Ho
Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Pemberian nama "hipotesis nol" atau "hipotesis nihil" dapat dimengerti dengan mudah karena tidak ada perbedaan antara dua variabel. Dengan kata lain, selisih variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol atau nihil.
F.
Memilih Pendekatan
Yang
dimaksud dengan pendekatan di sini adalah metode atau cara mengadakan
penelitian. Ada beberapa alternatif pendekatan yang dapat diambil oleh peneliti
dalam membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. Jenis pendekatan ini dapat
ditinjau dari segi teknik sampling, timbulnya variabel (eksperimen
non-eksperimen beserta desain-desainnya) dan model pertumbuhan. Pemilihan
pendekatan ini tergantung dari tujuan penelitian, waktu, dan dana yang
tersedia, tersedianya subjek penelitian serta minat dan "selera"
peneliti. Studi survei adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada
umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan banyak.
Van Dalen
mengatakan bahwa survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan
untuk mencari kedudukan (status) fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan
status dengan cara membanding-kannya dengan standar yang sudah ditentukan. Yang
termasuk studi survei: survei sekolah, job analysis, analisis dokumen, publik
opinion survei, dan komuniti. Survei dapat digunakan sebagai studi penda-huluan.
Penelitian yang akhir-akhir ini baru ngetren adalah Penelitian Tindakan Kelas. Meskipun istilahnya "kelas", tetapi tidak berarti menunjuk pada ruangan, tetapi sekelompok siswa atau siapa saja yang sedang mempelajari sesuatu. Penelitian yang mirip dengan PTK adalah Lesson Study, yaitu penelitian yang mengutamakan pengamatan dan pencermatan pada proses pembelajaran, karena tujuannya adalah mencobakan metode berkali-kali agar dapat diketahui apa kelemahannya. Dengan demikian itulah guru akan menguasai metode yang sudah dicobakan berkali-kali, dan dengan kata lain, kemampuan guru akan dapat meningkat sesudah melalui upaya melaksanakan PTK.
G.
Menentukan Variabel Dan Sumber
Data
a.
Variabel
Istilah
"variabel" merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam
setiap jenis penelitian, F.N. Kerlinger menyebut variabel sebagai sebuah konsep
seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep
kesadaran.
Sutrisno
Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis
kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi laki-laki perempuan; berat
badan, karena ada berat 40 kg. dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian,
sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.
Variabel
dapat dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel
kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari, dan
sebagainya. Contoh variabel kualitatif misalnya kemakmuran dan kepandaian.
Lebih jauh
variabel kuantitatif diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu variabel diskrit
dan variabel kontinum (discrete and continous).
1.
Variabel
dikrit: disebut juga variabel nominal atau variabel kategorik karena hanya
dapat dikategorikan atas 2 kutub yang berlawanan yakni "ya" dan
"tidak". Angka-angka digunakan dalam variabel diskrit ini untuk
menghitung banyak, misalnya banyaknya yang hadir dan sebagainya. Maka angka
dinyatakan sebagai frekuensi.
2.
Variabel
kontinum: dipisahkan menjadi 3 variabel kecil yaitu:
a.
Variabel
ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkatan-tingkatan. Misalnya panjang,
kurang panjang, pendek. Untuk sebutan lain adalah variabel "lebih
kurang" karena yang satu mempunyai kelebihan dibandingkan yang lain.
Contoh: Ani terpandai, Siti pandai, Nono tidak pandai.
b.
Variabel
interval, yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding dengan variabel
lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti. Misalnya: Suhu
udara di luar 31 C. Suhu tubuh kita 37° C. Maka selisih suhu adalah 6 C.
c. Variabel rasio, yaitu variabel perbandingan, Variabel ini dalam hubungan antar sesamanya merupakan "sekian kali". Contoh: Berat Pak Karto 70 kg, sedangkan anaknya 35 kg. Maka Pak Karto beratnya dua kali berat anaknya.
b.
Sumber Data
Yang
dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Apabila peneliti mengguna-kan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
maupun lisan.
Apabila
peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda,
gerak atau proses sesuatu. Peneliti yang mengamas tumbuhnya jagung, sumber
datanya adalah jagung, sedang objek penelitiannya adalah pertumbuhan jagung.
Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang
menjadi sumber data, sedang isi catatan subjek penelitian atau variabel
penelitian.
Untuk
mempermudah mengidentifikasi sumber data penulis mengklasifikasikannya menjadi
3 tingkatan huruf p dari bahasa Inggris, yaitu:
1)
Person (sumber data berupa orang)
Yaitu sumber
data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau
jawaban tertulis melalui angket. yaitu sumber data yang menyajikan tampilan
berupa keadaan diam dan bergerak.
2)
Place (sumber data berupa tempat)
Yaitu sumber
data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam (misalnya: ruangan,
kelengkapan alat, wujud benda, warna, dan lain-lain) dan gerak(misalnya:
aktivitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyanyian, gerak tari, sajian
sinetron, kegiatan belajar-mengajar, dan lain sebagainya).
Keduanya
merupakan objek untuk penggunaan metode observasi.
3)
Paper (sumber data berupa simbol)
Yaitu sumber
data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau
simbol-simbol lain. Dengan pengertiannya ini maka "paper" bukan
terbatas hanya pada kertas sebagaimana terjemahan dari kata "paper"
dalam bahasa Inggris, tetapi dapat berwujud batu, kayu, tulang, daun lontar,
dan sebagainya, yang cocok untuk penggunaan metode dokumentasi.
Apa yang
dibicarakan ini adalah sumber data dilihat dari subjek di mana data menempel.
Pada bagian berikut akan dibicarakan juga sumber data, dalam hubungan dengan
seluruh atau sebagian sumber data, diambil sebagai subjek penelitian. Sehubungan
dengan wilayah sumber data yang dijadikan sebagai subjek penelitian ini, maka
dikenal 3 jenis penelitian:
1.
Penelitian Populasi
Populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau
studi sensus.
Penelitian
populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada di
dalam populasi. Oleh karena subjeknya meliputi semua yang terdapat di dalam
populasi, maka juga disebut sensus. Penelitian populasi hanya dapat dilakukan
bagi populasi terhingga dan subjeknya tidak terlalu banyak.
2.
Penelitian Sampel
Jika kita
hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut
penelitian sampel. Sampel adalah sebagian anggota atau wakil populasi yang akan
diteliti. [7]
Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil
penelitian sampel.
Yang
dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah menga-ngkat kesimpulan penelitian
sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.
Penelitian
sampel baru boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi
benar-benar homogen. Apabila subjek populasi tidak homogen, maka kesimpulannya
tidak boleh di berlakukan bagi seluruh populasi (hasilnya tidak boleh di generalisasikan).
Misalnya kita akan melihat apakah air teh di gelas sudah manis? Air teh seluruh
gelas merupakan populasi. Kita ambil sampelnya dengan mengambil satu ujung
sendok dan kita cicipi. Jika kita rasakan manis, maka kesimpulan tersebut
digeneralisasikan untuk air teh seluruh gelas. Kesimpulan bagi sampel, berlaku
untuk populasi.
Ada beberapa
keuntungan jika kita menggunakan sampel yaitu:
1.
Karena
subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi maka kerepotannya
tentu kurang.
2.
Apabila
populasinya terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati.
3.
Dengan
penelitian sampel, maka akan lebih efisien (dalam arti uang, waktu, dan
tenaga).
4.
Ada kalanya
dengan penelitian populasi berarti desktruktif (merusak). Bayangkan kalau kita
harus meneliti keampuhan senjata yang dihasilkan oleh pabrik, misalnya granat.
Maka sambil meneliti, kita juga menghabiskannya.
5.
Ada bahaya
bias dari orang yang mengumpulkan data. Karena subjeknya banyak, petugas
pengumpul data menjadi lelah, sehingga pencatatannya bisa menjadi tidak teliti.
6.
Ada kalanya
memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian populasi. Misalnya kalau kita
ingin mengetahui pendapat pemuda usia 15 tahun tentang PMDK. Oleh karena
wilayah Indonesia yang begitu luas tidak mungkin dengan tepat diketahui
pendapat mereka pada usia tepat 15 tahun.
Adapun
cara-cara pengambilan sampel penelitian ini dapat dilakukan sebagai berikut.
1.
Sampel Random atau Sampel Acak,
Sampel Campur
Teknik
sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya,
peneliti "mencampur" subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua
subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama
kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi
sampel. Oleh karena hak setiap subjek sama, maka peneliti terlepas dari
perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan
sampel.
Mengenai
berapa banyaknya subjek yang diambil, atau dengan kata lain berapa besar
sampel, maka peneliti perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
a.
Kemampuan
peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.
b.
Sempit
luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak
sedikitnya data.
c.
Besar
kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang risikonya
besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.
Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel, atau semakin besar persentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik. Anggapan ini benar, tetapi tidak selalu demikian. Hal ini tergantung dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang dikandung oleh subjek penelitian dalam populasi. Selanjutnya sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut bertalian erat dengan homogenitas subjek dalam populasi.
2.
Sampel Berstrata atau Stratified
Sample
Apabila
peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkatan tingkatan atau
strata, maka pengambilan sampel tidak boleh dilakukan secara random. Adanya
strata, tidak boleh diabaikan, dan setiap strata harus diwakili sebagai sampel.
Misalnya
kita akan meneliti kehadiran kuliah mahasiswa. Apabila kesimpulannya akan
diberlakukan untuk seluruh institusi, maka kita harus mengambil sampel, wakil
dari semua tingkat. Strata ekonomi, strata pendidikan, strata umur, strata
kelas, dan sebagainya, dapat digunakan sebagai dasar penentuan sampel
berstrata. Sampel berstrata digunakan apabila kita berpendapat bahwa ada
perbedaan ciri, atau karakteristik antara strata-strata yang ada, sedangkan
perbedaan tersebut mempengaruhi variabel. Akan tetapi jika tidak ada perbedaan
ciri antara setiap tingkat yang ada, kita boleh menggunakan sampel random.
Ada kelompok ahli yang berpendapat bahwa penentuan strata penelitian harus dilakukan secara hati-hati. Pemberian makna strata, kalau ternyata yang bersangkutan tahu, dapat berakibat menyinggung perasaan.
3.
Sampel Wilayah atau Area
Probability Sample
Seperti
halnya pada sampel berstrata dilakukan apabila ada perbe daan antara strata
yang satu dengan strata lain, maka kita lakukan sampel wilayah apabila ada
perbedaan ciri antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.
Sampel wilayah adalah teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi Sebagai misal, kita akan meneliti keberhasilan KB di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena terdapat 34 provinsi, dan masing-masing berbeda keadaannya, maka kita mengambil sampel dari 34 provinsi, sehingga hasilnya mencerminkan keberhasilan KB seluruh Indonesia.
4.
Sampel Proporsi atau Proportional
Sampel, atau Sampel Imbangan
Teknik
pengambilan sampel proporsi atau sampel imbang-an ini dilakukan untuk
menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Ada
kalanya banyaknya subjek yang terdapat pada setiap strata atau setiap wilayah
tidak sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel yang representatif,
pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang
atau sebanding dengan banyak-nya subjek dalam masing-masing strata atau
wilayah.
Pada umumnya teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian memang tidak tunggal, tetapi gabungan dari 2 atau 3 teknik. Apabila misalnya pengambilan sampel dari mahasiswa tingkat I sebanyak 50 dari 500 orang dilakukan dengan acak, demikian juga dari tingkat-tingkat lain, maka sudah 3 teknik yang kita gunakan, yakni berstrata, proporsi, dan acak. Teknik pengambilan sampel seperti ini disebut stratifield proportional andom sampling.
5.
Sampel Bertujuan atau Purposive
Sample
Sampel
bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,
random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini
biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan
waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan
jauh. Walaupun cara sepeti ini diperbolehkan, yaitu peneliti bisa menentukan
sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau
a.
karakteristik
tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b.
Subjek yang
diambil sebagai sampel benar-benar merupa-kan subjek yang paling banyak mengandung
ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis).
c.
Penentuan
karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
Pengambilan sampel dengan teknik
bertujuan ini cukup baik karena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri
sehinga dapat mewakili populasi. Kelemahannya adalah bahwa peneliti tidak dapat
menggunakan statistik parametrik sebagai teknik analisis data, karena tidak
memenuhi persyaratan random.
Keuntungannya terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti.
6.
Sampel Kuota atau Quota Sample
Teknik sampling ini juga dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan. Dalam mengumpulkan data, peneliti menghubungi subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi, tanpa menghiraukan dari mana asal subjek tersebut (asal masih dalam populasi). Biasanya yang dihubungi adalah subjek yang mudah ditemui, sehingga pengumpulan datanya mudah. Yang penting diperhatikan di sini adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.
7.
Sampel Kelompok atau Cluster
Sample
Sampel Acak
Cluster berarti penarikan dari populasi yang telah dikelompokkan terlebih
dahulu. Dalam sampel acak cluster kita tidak dapat memilih individu-individu
secara langsung, tetapi melalui kelompok yang dipilih secara acak.[8]
Di
masyarakat kita jumpai kelompok-kelompok yang bukan merupakan kelas atau
strata. Dalam membicarakan masalah persekolahan, kita jumpai adanya kelompok
sekolah SD, SLTP, SLTA. Kelompok-kelompok tersebut dapat dipandang sebagai
tingkatan atau strata. Demikian juga adanya kelas atau tingkat di masing-masing
tingkatan sekolah.
Akan tetapi jika kita menghendaki perwakilan dari sekolah negeri, bersubsidi, berbantahan, swasta, sebenarnya lebih tepat kita sebut kelompok, daripada strata. Demikian pula kelompok pegawai negeri, anggota ABRI, pedagang, petani, nelayan, dan sebagainya, kita tidak dapat memandanginya sebagai strata, tetapi kelompok. Inilah yang disebut cluster. Di dalam menentukan jenis cluster atau kelompok harus dipertimbangkan dengan masak-masak apa ciri-ciri yang ada.
8.
Sampel Kembar atau Double Sample
Sampel kembar adalah dua buah sampel yang sekaligus diambil oleh peneliti dengan tujuan untuk melengkapi jumlah apabila ada data yang tidak masuk dari sampel pertama, atau untuk mengadakan pengecekan terhadap kebenaran data dari sampel pertama. Biasanya sampel pertama jumlahnya sangat besar sedangkan sampel kedua yang untuk mengecek, jumlahnya tidak begitu besar.
3.
Penelitian kasus
Penelitian
kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan
mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari
wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat
sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.
Penelitian
yang dilakukan oleh peneliti terhadap satu sekolah misalnya penelitian tentang
pelaksanaan kegiatan UKS di sekolah tersebut dapat juga dipandang sebagai
penelitian kasus. Kesimpulan penelitian tersebut hanya berlaku bagi sekolah
yang diteliti.
Untuk memperjelas keterangan tentang penelitian populasi, penelitian sampel dan penelitian kasus, berikut ini disampaikan contohnya.
Contoh penelitian populasi
Peneliti bermaksud mengetahui
penggunaan buku paket di MTs di daerah Sumatera Selatan. Peneliti pengumpulkan
data dari seluruh MTs di daerah Sumatera Selatan, baik MTs negeri maupun swasta.
Kesimpulannya berlaku bagi MTs di seluruh wilayah provinsi tersebut.
Contoh penelitian sampel
Peneliti ingin mengetahui penggunaan
buku paket di MTs di daerah Sumatera Selatan. Berhubung keterbatasan tenaga,
waktu, dan dana, maka peneliti mengumpulkan data dari beberapa MTs di setiap
kabupaten dan kotamadya, ada yang negeri, berstatus disamakan, diakui, dan
terdaftar dengan mempertimbangkan pula besar kecilnya sekolah. Kesimpulan yang
dihasilkan dari peneliti ini berlaku bagi seluruh MTs di seluruh daerah Sumatera
Selatan.
Contoh peneliti kasus
Peneliti ingin mengetahui
penggunaan buku paket di salah satu MTs di daerah Sumatera Selatan. Dengan
bermacam-macam pertimbangan akhimya peneliti menentukan MTs XXX sebagai tempat
penelitiannya Setelah data terkumpul dan diolah maka peneliti memperoleh kesimpulan
mengenai bagaimana MTs XXX menggunakan buku paket. Kesimpulan tersebut hanya
berlaku bagi MTs XXX itu saja.
2.
Pelaksanaan Penelitian.
Dalam pelaksanaan penelitian ada
4 tahap yaitu:
a)
Menentukan dan menyusun instrument
Setelah
peneliti mengetahui dengan pasti ada yang akan diteliti dan dari mana data bisa
diperoleh, maka langkah yang segera diambil adalah menentukan dengan apa data
akan dikumpulkan.
Instrumen
ini sangat tergantung dari jenis data dan dari mana diperoleh. Sebagai contoh,
data tingkah laku siswa; tentu hanya dapat diperoleh dari siswa dengan cara
observasi, atau diperoleh dari guru yang bergaul sehari-hari dengan siswa
melalui interview atau kuesioner.
b)
Mengumpulkan Data
Apabila
peneliti sudah menentukan data apa yang akan dikumpulkan, dari mana data
tersebut dapat diperoleh dan dengan cara apa, maka dirinya sendiri maupun orang
lain yang akan membantu, sudah mengetahui dengan pasti apa yang berikutnya
dilakukan. Mengumpulkan data adalah pekerjaan yang sukar, karena apabila diperoleh
data yang salah, tentu saja kesimpulannya pun salah pula, dan hasil
penelitiannya menjadi palsu.
c)
Analisis Data
Tugas
menganalisis data tidak seberat mengumpulkan data, baik tenaga maupun
pertanggungjawaban. Akan tetapi menganalisis data membutuhkan ketekunan dan
pengertian terhadap jenis data. Jenis data akan menuntut teknik analisis data.
Sebagai misal, hubungan antara data nominal dengan nominal tidak dapat
dianalisis dengan teknik korelasi produk moment, tetapi sangat sesuai jika
dianalisis dengan teknik chi kuadrat. Demikian pula dengan jenis data yang
lain.
d)
Menarik kesimpulan
Langkah Ini
sebenarnya sudah merupakan langkah terakhir dari kegiatan penelitian. Pekerjaan
meneliti telah selesai, dan peneliti tinggal mengambil konsumsi dari hasil pengolahan
data, dicocokkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Sesuaikan data yang
terkumpul dengan hipotesis atau dugaan peneliti sebelumnya?. Di sinilah
peneliti bisa merasa lega karena hipotesisnya terbukti, atau kecewa karena
tidak terbukti. Satu hal yang harus dimiliki oleh peneliti yaitu sifat jujur.
Dalam menarik suatu kesimpulan penelitian, iya tidak boleh mendorong atau
mengarahkan agar hipotesis terbukti. Tidak terbuktinya suatu hipotesis bukanlah
suatu pertanda bahwa apa yang dilakukan oleh peneliti itu salah dan harus
merasa malu.
3.
Pembuatan Laporan Penelitian.
Didalam
kehidupan sehari-hari sering kita lihat contoh adanya penemuan-penemuan. Tetapi
ada kalanya penemuan-penemuan itu bukan dari pekerjaan meneliti.
Penemuan-penemuan itu hanya didapat karena coba-coba, dan setelah dirasakan
manfaatnya lalu langsung digunakan, tanpa sempat dituliskan dalam bentuk
laporan.
Kegiatan
penelitian menuntut agar hasilnya disusun, ditulis dalam bentuk laporan
penelitian agar hasilnya diketahui orang lain, serta prosedur nya pun diketahui
orang lain pula sehingga dapat mengecek kebenaran pekerjaan penelitian
tersebut.
Jangan Lupa like dan Subcribe youtube aku ya.. terimakasih
https://www.youtube.com/channel/UCyVMU2grsQgJgjtw_6efDhQ
[1] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010), Hlm. 59 -60
[2] Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif, (Solo: Cakra Book, 2014), Hal,. 41,. Tersedia
di: https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=rancangan+penelitian+kualitatif&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DWfPAC2suOtQJ,
diakses pada tanggal 06 Oktober 2021,
pukul 09:30 WIB
[3] Suharsimi Arikunto, Op. Cit,, Hal 69
[4] Suharsimi Arikunto, Ibid, hal 72
[5] Suharsimi Arikunto, Ibid, hal 89-100
[6] Suharsimi Arikunto, Ibid, hal, 107-108
[7] M. Toha Anggoro, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), Hlm.,
4.3
[8] M.
Toha Anggoro, Ibid, hal 4.7
Komentar
Posting Komentar